GRAND FINAL DRAG BIKE REVOLUTION PRIMAX ‘11 BLITAR
Berbagai langkah dilakukan mekanik untuk meningkatkan catatan waktu
yang tercipta. Jadi bukan hanya dalam konteks mesin, juga hal lainnya.
Salah satunya menyangkut konstruksi rangka pada pacuan matik. Demikian
yang berlangsung dan menarik diinvestigasi dalam Grand Final Drag Bike
Revolution Primax yang dilangsungkan di lintasan Jl. S Supriadi Blitar,
Minggu lalu (4 Des). Yuk kita cermati lebih jauh ! Mulai rombakan sasis
kudapacu Mio yang diklaim menganut tipikal Alutech, identik disebut
alumunium olahan.
Sebelum perlu dipahami, misi dari para kiliker ialah mengurangi
ataupun menghindari gejala wheelie atau ban depan terangkat pada pacuan
matiknya. Jadi sektor dudukan mesin atau engine-mounting yang menjadi
perhatian serius. Posisi poros standarnya digeser naik kisaran 8 mm
hingga 12 mm. “Jenis sasis custom ini, pada bidang dudukan poros
engine-mounting masih tersedia tempat membuat lubang, sehingga masih
aman ketika ditinjau dari segi kekuatannya, ”terang Talqun, joki kawakan
Sidoarjo yang merangkap sebagai tuner Private Gold, Kediri.
Efek
signifikan dari kondisi demikian, roda belakang kesannya lebih turun
dan tidak simetris dengan aspal. Tetapi saat menerima bobot pembalap,
posisi mesin jadi simetris dengan aspal. “Jadi kinerja mekanis sokbreker
saat rebound jadi berbalik dan cenderung menekan rangka atas hingga
secara otomatis rangka depan juga ikut tertekan ke bawah. Terpenting,
wheelie jadi minim terjadi, ”timpal Rizky Unyil, dragbiker yang
memperkuat tim Andtok BMS 12, Malang yang aktif di kelas Skutik s/d 200
cc dan mengaplikasi trik ini.
Berbeda dengan perlakuan Doni,
tuner skutik road race yang mulai aktif di event balap karapan. Dia
menambahkan sub frame penopang jok, serta centerbone tersambung dari
komstir. Untuk bahannya memakai pipa stainless 12 mm dan diteruskan
pemakaian segitiga handmade dari baja dengan sumbu 19 cm. “Prinsipnya
sederhana. Hanya menambah porsi bobot rangka depan, agar roda depan tak
mudah terangkat, ”ungkap Doni.
Dicermati
lebih lanjut, problem wheelie di kelas skutik memang menjadi momok,
banyak kerugian mengurangi catatan waktu. “Ketika berlangsung di skutik,
maka saat mengembalikan ke posisi stabil roda butuh jedah 2-3 detik
”analisa Mahmud tuner tim CMT Joyo, Kepanjen. Sehubungan hal ini, muncul
opini dari beberapa tukang korek, bahwa penting bagi joki untuk
training dahulu membawa Sport 2 tak 155 tune up. “Agar respon akselerasi
sport 2 tak yang dikenal bengis, dapat dijadikan adaptasi persiapan
membawa skutik 200 cc, ”wejang tuner yang lagi proses membuat gacoan
skutik 200 cc, untuk persiapan even drag bike minggu depan di Mojokerto
itu.
Rizky Uye-Uye, mekanik tim Uye-Uye MB KW2 Rame Rame
menambahkan, skutik wheelie, memang tak bisa dipungkiri, sebab data
matang korekan terbaik matik sudah banyak beredar di Jatim. Paling
mantap, konsep secondary-sheave yang proses mengkopel kampas
sentrifugalnya lebih singkat. Part ini berbeda pada dimensi kampas
sentrifugal dan silinder nya, sebab bidangnya lebih panjang kisaran 12
mm dan lebih lebar 3,5 mm. “Sehingga transfer gasingan primary-sheave
lewat V-Belt lebih sensitif diterima secondary-sheave, ”pasti Rizky.
Komponen
lain, juga tersedia macam daun as-kruk dengan stroke 63 mm, setang
piston Nouvo kompetisi yang lebih panjang titik small-end dan big-end,
serta paket pengapian jenis AC yang gahar. “Makin oke, koreker Jatim
lebih pandai menyempurnakan, mengingat datanya tak lepas dari proses
kanibalan, ” kata Jati Koto, tuner P2AR Kete Kete Top, Kediri yang juga
ramai menerima orderan skutik 200 cc.
Sebagai contoh simpel
ialah pemakaian jenis katup. Skutik s/d 200 cc yang diklaim rpm nya
mencapai angka 11 ribu, rentan menyebabkan katup bengkok. “Tuner Jatim
lebih dulu mengaplikasi katup mobil jenis Honda kemudian dipermak,
”tegas Rovino. Lebih detailnya, profil tangkai dijadikan 5,5 mm dari
versi sebelumnya 4 mm, untuk mengatasi tangkai katup bengkok. “Diameter
kepala katup paling populer saat ini 31 mm dan 33 mm untuk valve-in dan
exnya 25,5 mm atau 23,5 mm, ”bedah Rovino yang sukses menguasai 4 podium
Sport 2 tak tune up 155 cc.
ADI S TUYUL JUARA UMUM
Pada
sisi lain, gelaran kali ini patut diberi apresiasi sehubungan dengan
penggunaan kawasan Jl. S. Supriadi, Blitar. Patut dicatat, sekitar 8
tahun wilayah Blitar tidak menghadirkan kompetisi dragbike. So, menjadi
catatan penting hingga kedepan akan muncul animo-animo lokal dan
sekitarnya. “Kita selalu mencoba membuat gairah dragbike semakin ramai
di berbagai penjuru. Ini bentuk kepedulian untuk memajukan dragbike
jatim, “terang Pieter R Tayu selaku penyelenggara berbendera Pamor
Enterprise.
Alhasil, kedepan dapat menjadi rujukan promotor
lainnya. Lebih lanjut, sehubungan hasil akhir dari rangkaian seri Drag
Bike Revolution Primax 2011, maka klasemen teratas direbut Adi S Tuyul
dengan total poin 319 hingga berhak atas ganjaran hadiah Kawasaki Edge.
Sedang Agung Nyambek Unyil, joki asal Sidoarjo mesti puas di urutan ke
dua dengan pundi nilai 229 dan mendapat TV Flat. Sementara di urutan
ketiga direnggut David Kancil (189).
0 komentar:
Posting Komentar